Perdagangan/perniagaan adalah metode pencarian rezeki tertua dan disepakati seantero dunia keabsahannya plus semua agama menghalalkannya. Pedagang halal mengambil untung berapapun. Di pihak lain pembeli memiliki kemerdekaan untuk memutuskan, membeli atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan daya belinya. Sederhana sekali.
Tarik ulur antara pedagang dan pembeli biasanya di seputar harga. Setelah pembeli usai menilik, menelaah dan meneliti kualitas barang disesuaikan dengan kebutuhannya, pertanyaan mengenai harga adalah yang berikutnya. Dalam hukum negosiasi, harga yang tercantum akan selalu tampak mahal bagi 99% pembeli. Hanya 1%nya saja yang langsung minta dibungkus tanpa berkomentar mengenai harga. Baginya, harga barang yang dibelinya sudah pantas atau murah sekali. Tanpa banyak bicara, takut pedagang mengubah harganya, pembeli langsung membayar dan pergi.
99% pembeli selalu menunjukkan reaksi terkejut melihat/mendengar harga barang yang diinginkan. Ini wajar. Normal. Toh pembeli boleh menawar agar harga diturunkan jika dia benar-benar tertarik. Jika tidak, tidak usah membeli. Selesai. Satu hal, seorang pembeli yang menunjukkan keberatan merupakan sinyal beli bagi seorang pedagang. Terjadilah negosiasi.
Berbicara tentang harga, mahal atau murah adalah relatif, dari sudut mana dan siapa memandangnya. Ditilik dari sisi fungsional, tidak ada barang mahal. Yang ada adalah pembeli mampu atau tidak membelinya. Ditinjau dari sisi kondisional, dikatakan mahal atau murah haruslah dibandingkan dengan produk sejenis yang dikenal oleh pembeli dengan fungsi barang yang sama. Seringkali calon pembeli menghakimi "Wah, mahal sekali", hanya dengan perbandingan sepintas di benaknya. Ambil contoh produk pembasmi lalat. Begitu mengetahui harga RALAT/SUPERJOSS di atas 10.000 rupiah, kening pembeli langsung berkernyit karena terlintas pengalaman memakai perangkap lalat berbentuk kertas berperekat yang harganya, katakanlah, 1.500/lembar. Pembeli tidak punya cukup waktu untuk menelaah lebih jauh sisi-sisi lain di samping harga semata.
Mari kita analisa.
PERANGKAP LALAT KERTAS BERPEREKAT
Keunggulan:
-cukup efektif, sekali lalat hinggap tak ada harapan lagi bisa lolos
-murah dari segi harga perlembarnya
-mudah penggunaannya, cukup dihamparkan di atas lantai dengan posisi yang mengandung perekat di sebelah atas
-tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan
Kelemahan:
-jika lalat hinggapnya tidak terfokus pada satu tempat (dan ini sulit diprediksi) melainkan menyebar di beberapa tempat, perlu banyak perangkap ditempatkan
-biaya menjadi lebih mahal dihitung berapa tempat X berapa lembar
-sekali pakai, jika seluruh permukaan kertas telah dipenuhi lalat maka harus diganti dengan yang baru
-tidak jarang si pemasang perangkap lupa bahwa dia sudah meletakkan perangkap di suatu tempat sehingga dia menginjaknya tanpa sengaja (untung bukan perangkap tikus). Jika dipasang di ruang tamu, sering terinjak oleh tamu dan lengket terbawa pergi.
RALAT/SUPERJOSS
Kelemahan:
-mahal jika dilihat dari sisi harga perbotolnya, ditambah lagi perlu membeli handsprayer bagi yang suka menyemprot
-lantai dan meja menjadi sedikit basah akibat penyemprotan
-dikhawatirkan sebagian butir-butir air yang disemprotkan mengenai makanan/minuman karena mengandung racun
Keunggulan:
-terserah lalat mau hinggap di mana, RALAT/SUPERJOSS tinggal disemprotkan saja di sana
-biaya menjadi sangat murah. Katakanlah harga eceran 1 botol 250 ml di kota X adalah 20.000 rupiah. Jika handsprayer diisi air 1 liter dicampur 50 ml RALAT/SUPERJOSS (1 tutup botol=10 ml) berarti 250 ml cukup untuk dicampur dengan 5 liter air. 1 liter air+RALAT/SUPERJOSS bisa dipakai sampai sebulan. Jadi, sekali beli sebotol 250 ml cukup sampai 5 bulan pemakaian skala rumah tangga
-tidak perlu mengingat-ingat di mana tempat yang pernah disemprot karena khawatir terinjak dan lengket
-tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan peliharaan karena racun yang disemprotkan jumlahnya menggunakan satuan ppm (part per million atau per sejuta bagian). Suatu jumlah yang sangat terlalu kecil untuk bisa membahayakan bagi selain serangga seperti lalat
Nah, jika pembeli sudah diajak untuk membuat perbandingan yang adil seperti itu, mudah-mudahan kening yang berkernyit akan mulai mengendur dan akhirnya sepakat untuk membeli. Hal ini penting untuk disampaikan mengingat masyarakat konsumen Indonesia dikenal sebagai konsumen emosional alih-alih logis dan adil dalam membuat suatu keputusan untuk membeli atau tidak.
Semoga bernanfaat.
Hubungi: Faishal Djunaidy--081351868943 atau 08875038591
Bergabunglah dengan miling list http://groups.yahoo.com/group/flybustercommunity
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Awas ! Roti Berpenyakit

Sandwich Rasa Lalat.Awas Kek !!!

Lalatnya Barusan Dari Sini !

Nanti Kakek Bisa Kena Penyakit Ini !

Tidak ada komentar:
Posting Komentar