
Kamis, 22 November 2007 BATAM (BP) - Banyaknya lalat di pemukiman membuat warga Rempang resah dan prihatin. Tak mengenal waktu dan tempat, lalat menyerang pemukiman warga. Bahkan, rombongan Duta Besar (Dubes) Vatikan, Uskup Agung Leopoldo Girelli juga tak luput dari ”serangan” lalat tersebut.
Lalat menyambut Duta Vatikan dan rombongan saat beristirahat sejenak di rumah yang berada persis di sisi sebelah kanan Gereja Katolik Ignatus di Sungai Raya, Rempang, Selasa (20/11). Serangan lalat kian menjadi saat Dubes dan rombongan menikmati jagung rebus dan teh yang disediakan warga. Tentu saja, serangan lalat ini tidak diduga Dubes Vatikan dan rombongan
Rombongan Dubes yang ikut ke gereja itu, antara lain, Ketua Panitia Penyambutan Nuntius Apostolik di Batam, Johannes Kennedy Aritonang, Wakil Ketua yang juga Ketua Komisi II DPRD Kota Batam Bastoni Solichin dan pejabat Provinsi Kepri dan Kota Batam.
Karinas, tokoh masyarakat setempat mengaku, lalat-lalat mulai muncul sejak bertaburnya peternakan ayam di sana. Serangan lalat ke rumah warga kian menjadi-jadi saat ayam di peternakan dipanen.
”Di mana saja, lalat pasti ada. Mau tidur saja kita diganggung lalat,” ujarnya kepada Batam Pos di sela-sela kunjungan Dubes Vatikan, Selasa (20/11).
Ia melanjutkan, warga khawatir lalat tersebut akan terus bertambah. Ia mengaku, selama ini, warga mendapat dampak buruk dari serangan lalat yang mengganggu tersebut. ”Anak-anak kita sering diare dan mencret karena makanan atau minuman dihinggapi lalat, Siapa yang tidak sakit kalau tiap hari begitu,” katanya berkeluh kesah.
Di samping itu, kata dia, saat belajar di rumah maupun di sekolah, anak-anak juga terganggu dengan serangan lalat tersebut. Lalat pasti mengerumuni pelajar jika duduk di kursi saat belajar. ”Anak-anak lebih sibuk mengusir lalat dari tubuhnya dari pada belajarnya,” paparnya.Karinas mengaku, mereka sudah menyampaikan keluhan itu kepada DPRD Kota Batam dan pemerintah. Sayangnya, sampai saat ini apa yang mereka keluhkan belum ditangapi. ”Belum ada yang turun ke sini untuk melihat dan mengatasi masalah yang kami hadapi,” cetusnya.
Mawardi: Peternakan Ayam PenyebabnyaKepala Dinas Kesehatan Kota Batam Mawardi Badar mengatakan, penyebab banyaknya kepungan lalat di Rempang dikarenakan keberadaan peternakan ayam di lokasi itu.
”Kalau soal penyebab dampak lingkungan akibat dari keberadaan peternakan itu, harus ditanyakan ke Bapedalda,” kata Mawardi Badar, saat dihubungi melalui ponselnya, kemarinSedangkan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Kota Batam, Dendy Purnomo yang dimintai keterangan, mengatakan, pemerintah tidak pernah mengalokasi Pulau Rempang menjadi daerah peternakan ayam.
Maka dari itu, keberadaan beberapa peternakan ayam itu akan dicek legalitasnya. ”Sebab belum ada tata ruang untuk lokasi peternakan di Rempang,” tutur Dendy saat dihubungi lewat ponselnya, Rabu (21/11).
Selanjutnya, Dendy mengatakan pihaknya akan melakukan pemeriksaan ke lokasi peternakan itu.
Padahal keberadaan peternakan itu di Pulau Rempang sudah lama. Bahkan informasi yang dihimpun koran ini, peternakan itu sudah ada yang empat tahun buka.
Menurut Dendi, untuk membuka peternakan itu harus memenuhi tiga unsur. Pertama, memiliki lokasi yang mendapat tata ruang usaha dari pemerintah sebagai tempat dan jenis usahanya. Kedua, mengantongi izin peralihan lokasi, dan dari warga setempat. Ketiga, memperhatikan dampak lingkungan.
Sebab, apa yang terjadi akibat dari usaha itu adalah menjadi tanggung jawab pengelola.”Contohnya pengelola peternakan harus bertanggung jawab soal dampak usahanya terhadap lingkungan dan warga sekitar,” tegasnya. (ray/hda)
Lalat menyambut Duta Vatikan dan rombongan saat beristirahat sejenak di rumah yang berada persis di sisi sebelah kanan Gereja Katolik Ignatus di Sungai Raya, Rempang, Selasa (20/11). Serangan lalat kian menjadi saat Dubes dan rombongan menikmati jagung rebus dan teh yang disediakan warga. Tentu saja, serangan lalat ini tidak diduga Dubes Vatikan dan rombongan
Rombongan Dubes yang ikut ke gereja itu, antara lain, Ketua Panitia Penyambutan Nuntius Apostolik di Batam, Johannes Kennedy Aritonang, Wakil Ketua yang juga Ketua Komisi II DPRD Kota Batam Bastoni Solichin dan pejabat Provinsi Kepri dan Kota Batam.
Karinas, tokoh masyarakat setempat mengaku, lalat-lalat mulai muncul sejak bertaburnya peternakan ayam di sana. Serangan lalat ke rumah warga kian menjadi-jadi saat ayam di peternakan dipanen.
”Di mana saja, lalat pasti ada. Mau tidur saja kita diganggung lalat,” ujarnya kepada Batam Pos di sela-sela kunjungan Dubes Vatikan, Selasa (20/11).
Ia melanjutkan, warga khawatir lalat tersebut akan terus bertambah. Ia mengaku, selama ini, warga mendapat dampak buruk dari serangan lalat yang mengganggu tersebut. ”Anak-anak kita sering diare dan mencret karena makanan atau minuman dihinggapi lalat, Siapa yang tidak sakit kalau tiap hari begitu,” katanya berkeluh kesah.
Di samping itu, kata dia, saat belajar di rumah maupun di sekolah, anak-anak juga terganggu dengan serangan lalat tersebut. Lalat pasti mengerumuni pelajar jika duduk di kursi saat belajar. ”Anak-anak lebih sibuk mengusir lalat dari tubuhnya dari pada belajarnya,” paparnya.Karinas mengaku, mereka sudah menyampaikan keluhan itu kepada DPRD Kota Batam dan pemerintah. Sayangnya, sampai saat ini apa yang mereka keluhkan belum ditangapi. ”Belum ada yang turun ke sini untuk melihat dan mengatasi masalah yang kami hadapi,” cetusnya.
Mawardi: Peternakan Ayam PenyebabnyaKepala Dinas Kesehatan Kota Batam Mawardi Badar mengatakan, penyebab banyaknya kepungan lalat di Rempang dikarenakan keberadaan peternakan ayam di lokasi itu.
”Kalau soal penyebab dampak lingkungan akibat dari keberadaan peternakan itu, harus ditanyakan ke Bapedalda,” kata Mawardi Badar, saat dihubungi melalui ponselnya, kemarinSedangkan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Kota Batam, Dendy Purnomo yang dimintai keterangan, mengatakan, pemerintah tidak pernah mengalokasi Pulau Rempang menjadi daerah peternakan ayam.
Maka dari itu, keberadaan beberapa peternakan ayam itu akan dicek legalitasnya. ”Sebab belum ada tata ruang untuk lokasi peternakan di Rempang,” tutur Dendy saat dihubungi lewat ponselnya, Rabu (21/11).
Selanjutnya, Dendy mengatakan pihaknya akan melakukan pemeriksaan ke lokasi peternakan itu.
Padahal keberadaan peternakan itu di Pulau Rempang sudah lama. Bahkan informasi yang dihimpun koran ini, peternakan itu sudah ada yang empat tahun buka.
Menurut Dendi, untuk membuka peternakan itu harus memenuhi tiga unsur. Pertama, memiliki lokasi yang mendapat tata ruang usaha dari pemerintah sebagai tempat dan jenis usahanya. Kedua, mengantongi izin peralihan lokasi, dan dari warga setempat. Ketiga, memperhatikan dampak lingkungan.
Sebab, apa yang terjadi akibat dari usaha itu adalah menjadi tanggung jawab pengelola.”Contohnya pengelola peternakan harus bertanggung jawab soal dampak usahanya terhadap lingkungan dan warga sekitar,” tegasnya. (ray/hda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar